Ini Dia Wanita Arab dan Muslim Pertama Yang Menjadi Wasit Di Wimbledon 2015

Mungkin sukar dipercaya, namun begitulah kenyataannya. Seorang wanita Arab asal Kuwait, dan beragama Muslim yang tumbuh di negara yang tidak familiar dengan olehraga tenis malahan menjadi wasit turnamen tenis paling tersohor di dunia, Grand Slam Wimbledon di London, Inggris tahun 2015 ini.

Aseel Shaheen

Aseel Shaheen narsis di sela-sela pelatihan menjelang turnamen Grand Slam Wimbledon

Nama wanita tersebut adalah Aseel Shaheen (41 tahun) yang menjadi salah satu hakim garis (umpire) dari 350 petugas laki-laki dan perempuan di Wimbledon.

Aseel Shaheen

Aseel Shaheen menjadi wanita  Arab dan muslim pertama yang menjadi wasit dalam sejarah turnamen akbar Grand Slam Wimbledon

Shaheen menjadi perempuan Arab dan muslim pertama yang menjadi wasit dalam sejarah Grand Slam Wimbledon. Ia resmi menjadi panitia wasit setelah mengikuti pelatihan pada tahun 2002.

"Sungguh menakjubkan bisa berada di sini. Ini tantangan. Saya perempuan Arab pertama yang menjadi wasit di Wimbledon," katanya.

Aseel Shaheen

Aseel Shaheen menyempatkan diri narsis dengan seragam wasit Wimbledon di sela-sela waktu tugasnya. Wanita ini amat bahagia karena bisa bertugas di Wimbledon

"Awalnya saya khawatir mereka (panitia turnamen) tidak akan menerima karena saya mengenakan hijab, tapi justru sebaliknya, mereka menerima saya dengan tangan terbuka."

Aseel Shaheen (paling kiri) kerap narsis dan memposting foto-foto keakrabannya dengan sesama wasit di Wimbledon ke akun Facebooknya

Meski begitu, awalnya wanita berparas manis ini merasa cemas jika kehadirannya bisa memprovokasi para penggemar tenis. Namun faktanya dia diterima dengan sangat baik tanpa adanya diskriminasi. Bahkan ia amat akrab dengan rekan-rekan sesama wasit. Ia sering mengunggah foto-foto kebersamaan dan keakrabannya dengan sesama wasit lainnya.

Salah satu foto selfie Aseel Shaheen (kiri) yang menggambarkan keakrabannya dengan sesama wasit lainnya di Wimbledon. Walau awalnya ia cemas karena takut mengalami diskriminasi, namun  ia mendapati bahwa hal yang ia khawatirkan tidak pernah terbukti

Begitulah sebaiknya kita sebagai manusia. Jangan pernah membedakan manusia lain berdasarkan SARA. Sebuah hal yang masih menjadi keniscayaan di Indonesia.

(Sport360, Emirates 247)