http://media.viva.co.id/thumbs2/2013/06/22/211121_bus-persib-yang-dilempar-batu-saat-menuju-gbk-_209_157.jpg

Pukul satu siang lebih 55 menit. Djajang Nurdjaman menutup rapat itu. Bertempat di Hotel Kartika Chandra, Djajang hanya memberi pengarahan singkat. Para pemain Persib Bandung mendengar dengan takzim. Sabtu 22 Juni 2013 itu, mereka berlaga dalam partai klasik. Melawan Persija Jakarta.

Tak banyak yang disampaikan Djajang dalam pengarahan itu. Sebab semua pemain Persib tampaknya sudah paham apa yang diinginkan sang pelatih. Menang melawan Macan Kemayoan. Laga ini dihelat di Stadion Utama Gelora Bung Karno, berjarak 2 km dari Kartika Chandra di Jalan Gatot Subroto itu.

Sudah ada jaminan soal keamanan. Juga jaminan bahwa laga ini bakal digelar tanpa penonton. Artinya tekanan pendukung Persija di lapangan tidak akan sehebat laga-laga sebelumnya.

Memakai kaos hitam berkerah, yang dipadu dengan celana jeans, Djadjang melangkah menuju lobi. Dia memegang erat tas kecil. Tas itu berisi telepon genggam. Ada juga kaca mata di situ. Dia melongok ke luar pintu lobi. Suasana agak sepi.

Tidak banyak polisi yang berjaga. Tidak ada barakuda, mobil yang dalam beberapa musim belakangan ini kerap mengangkut pemain Persib bila dijamu Persija."Saat itu sebenarnya saya sudah mulai khawatir, kok tidak ada mobil rantis,"kisah Djadjang kepada VIVAnews, Kamis, 27 Juni 2013.

Rasa cemas itu terbenam setelah Liaison Officer (LO) memastikan bahwa situasi jalan menuju stadion aman."Aman, aman. Kami akan kawal,"ujar Djadjang menggulangi janji LO siang hari itu.

Tanpa ragu, Djadjang lalu masuk menumpang bus parawisata, yang telah disediakan panitia. Dia menaruh badan di barisan pertama. Tepat di belakang sopir. Sejumlah pemain dan ofisial susul menyusul masuk. Di sebelah Djajang, duduk Kuswara S Taryono. Dia Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat (PBB).

Barisan depan itu tampaknya memang disediakan bagi para petinggi klub. Bangku baris pertama di dekat pintu masuk, duduk Umuh Muchtar. Namanya sudah kondang. Dialah manager klub yang sohor disebut Maung Bandung itu. Di sebelahnya duduk seorang ofisial.

Sesudah seluruh pemain masuk, bus melaju perlahan. Meninggalkan halaman hotel itu. Para pemain terdengar saling melempar kelakar. Djajang kembali was-was, ketika mendengar sang LO berteriak-teriak lewat telepon genggam. Dia tidak ingat rinci pembicaraan sang LO. Tapi intinya soal kondisi pengamanan yang mengawal perjalanan bus Persib menuju stadion.

Djajang terkejut ketika sang LO tiba-tiba meminta bus berhenti. Suasana hatinya semakin tak karuan ketika melihat di depan bus berdiri belasan orang. Mereka menghadang sembari menunjuk-nunjuk. Berteriak ke arah bus. Sebagian besar mengenakan baju bebas. Ada beberapa, kata Djajang, yang memakai atribut oranye, yang lazim dipakai pendukung Persija, Jakmania.

Belum lagi kebingungan terjawab, tiba-tiba,"Prang..!"Kaca depan bus retak dihantam batu. Suara yang sama juga terdengar di sebelah kiri. Jumlahnya lebih banyak. Brakk…! Badan bus juga tak luput dari lemparan.

Di tengah kepanikan itu, Djadjang memutuskan untuk tiarap. Pemain dan ofisial lain yang juga ramai-ramai tiarap. Sebagian bersembunyi di bawah bangku. Sebagian lagi memilih tiarap di lorong bus.

Sial bagi Djadjang. Dia tertindih tubuh pengurus lain. Pecahan kaca yang bertebaran di lantai merobek tangannya. Suasana semakin tak terkendali saat melihat kepulan asap putih di bagian belakang bus."Allahu Akbar!"teriak
sebagian penumpang.

Serangan masih terus berlanjut. "Saat itu pikiran saya sudah jauh mas. Ini bakal benar-benar hancur. Saya sudah ingat keluarga saya,"kisah Djadjang. Djajang cemas dan takut bila api menyambar bagian mesin dan tangki bahan
bakar bus.

Suara lemparan batu dan benda keras lain akhirnya mereda setelah LO dan polisi berhasil menghalau sejumlah orang itu. Mengetahui kondisi sudah aman, Djadjang dan sebagian pengurus Persib bangkit dan meminta supir segera melarikan diri melalui pintu tol yang tak jauh dari lokasi kejadian."Kami tancap gas masuk tol cikampek dan berhenti di rest area KM 19,"beber mantan pemain timnas Indonesia itu.

Beberapa pemain dan pengurus terluka akibat serangan ini, termasuk manajer Persib Bandung, Umuh Muchtar. Kaca bus hancur berantakan. Terutama kaca sebelah kiri. Sedangkan kaca bagian depan terlihat retak meski tidak sampai pecah berantakan. Demi melihat situasi ini, manajamen memutuskan untuk tidak hadir di Gelora Bung Karno.

Selepas sholat magrib, saat kondisi sudah kembali tenang, tim Persib memilih kembali ke hotel. Sudah aman dan beruntung sebab menumpang barakuda yang disediakan polisi.

Bukan kali itu saja, kisah Djajang, Persib diserang saat tampil di Jakarta. Pada musim 2007 lalu, bus Persib juga dirusak saat keluar dari pintu tol Pondok Indah menuju Stadion Lebak Bulus. Saat itu, Djadjang juga berada di bus nahas itu. Posisinya adalah asisten pelatih, Arcan Iuri Anatolievici. Arcan Iurii merupakan pelatih asal Moldova yang sebelumnya sempat menukangi tim Macan Kemayoran.

"Penyerangan 2007 itu sebenarnya lebih parah. Pelaku lebih banyak. Mereka sudah menunggu kami di pintu tol Pondok Indah saat hendak menuju Stadion Lebak Bulus ,"kata Djadjang."Kondisi bus juga lebih parah, namun kami masih sampai ke stadion dan bertanding. Kami kalah 1-2 saat itu,"kisahnya.
Panas di Bandung

Kabar tentang penyerangan bus Persib yang terjadi Sabtu lalu cepat menyebar lewat media online dan situs jejaring sosial. Mengetahui isiden itu, ratusan pendukung Maung Bandung, yang akrab disapa bobotoh, berdatangan ke pintu tol Pasteur. Para suporter itu ingin menyambut kepulangan tim kesayangan.

Lalu berhembuslah kabar bahwa ada yang melakukan sweeping mobil pelat B. Dan tampaknya ini bukan kabar belaka. Bahkan korbannya orang Bandung sendiri, yang memakai mobil plat B. Entah siapa yang melakukannya.

Mantan pemain basket Garuda Bandung yang menjadi salah satu korban berkisah soal ini. "Saat itu saya berniat menjemput istri saya yang baru mendarat dari Papua. Kami awalnya ingin bertemu di Pasteur,"kisah Firmansyah. Sang istri adalah vokalis SHE, Melly Firmansyah. Awalnya, banyak pihak menganggap Melly-lah yang menjadi korban setelah mengikuti perkembangan lewat akun twitter @mellySHE."Bukan, yang di mobil saat itu saya,"begitu Firmansyah menjelaskan.

Firmansyah sudah mencium gelagat tidak sedap ketika dari kejauhan melihat kerumunan massa di persimpangan lampu merah yang menghubungkan Pintu Tol Pasteur, Jalan Dr. Djundjunan dan Surya Sumantri. Namun karena merasa sebagai warga Bandung asli, Firmansyah yang kala itu membawa serta anaknya yang berusia 4 tahun memberanikan diri melewati hadangan massa.

Firmansyah kemudian mengetahui keputusan itu ternyata salah. Ketika mulai melintasi kerumunan, sejumlah orang langsung menyerang mobilnya. Firmanyah berusaha berteriak."Saya orang Bandung dan ada anak kecil di dalam mobil."Berkali-kali dia teriak. Namun massa tetap marah. Mereka mulai menggedor-gedor kaca dan berusaha memecahkannya menggunakan batu dan kayu. Anaknya yang duduk di depan menangis ketakutan.

"Ada petugas polisi yang membantu. Tapi mungkin karena jumlahnya seorang, petugas tersebut tidak bisa berbuat banyak,"kisah Firmansyah. Dengan susah payah, Firmansyah akhirnya berhasil melepaskan diri dari kerumunan dan baru berhenti di salah satu supermarket saat kondisi sudah aman.

Dia lalu menelepon sang istri dan memintanya untuk tidak lewat ke jalan Pasteur dan lebih baik bablas saja."Saking ketakutan putri sulung saya yang baru berumur 4 tahun, Radinka Mikaila sampai trauma dan enggan naik mobil lagi sesaat setelah kejadian. Akibat penyerangan tersebut, mobil Honda Stream berpelat Jakarta milik Firmansyah rusak parah.

Sesungguhnya, kisah Firmansyah, ini kali kedua mobilnya dirusak massa pendukung sepakbola di Bandung. Tahun lalu, mobilnya yang kebetulan menggunakan pelat B juga digores saat melintas di dekat kerumunan massa usai pertandingan Persib vs Persija di Stadion si Jalak Harupat.

Kabar soal sweeping sesudah kejadian Sabtu 22 Juni itu, membuat ketakutan warga Jakarta yang kebetulan berada di Bandung. Sebagian memilih mengganti pelat kendaran dengan nomor polisi Bandung (D). "Mencekam mas. Tadi kami juga sempat lihat ada banyak orang-orang dengan sepeda motor di depan hotel. Kami takut pulang. Mungkin besok baru bisa kembali ke Jakarta pakai mobil saudara yang plat D," kata Adinda, salah seorang warga Jakarta yang sedang berada di Bandung, tak lama setelah penyerangan bus Persib.

Firmansyah bukanlah satu-satunya korban. Usai penyerangan bus Persib, Polrestabes Bandung telah menerima 13 laporan perusakan kendaraan yang dilakukan massa. "Kerusakan mobil itu beragam, ada yang pecah kaca depan, tengah dan belakang, serta ada beberapa yang penyok juga," kata Kapolrestabes Bandung Kombes Pol. Sutarno di Bandung, Minggu 23 Juni 2013.

Polisi Bergerak Cepat

Polda Metro Jaya bergerak cepat. Kepala Divisi Humas Polda, Kombes Pol, Rikwanto, menjelaskan bahwa insiden tersebut terjadi 100 meter setelah bus meninggalkan hotel Kartika Chandra. Sejauh ini, polisi sudah meminta keterangan sejumlah saksi. Rikwanto juga menegaskan bahwa polisi akan meminta keterangan dari pengurus Jakmania.

"Kami juga akan memeriksa handphone para pemain Persib. Mungkin ada salah satu dari mereka yang merekam kejadian tersebut agar lebih jelas seperti apa ciri-ciri pelakunya," kata Rikwanto.

Siapa sesungguhnya yang menyerang mobil para pemain Persib itu, kini masih diselidiki polisi. Manajemen Jakmania membantah keras mereka terlibat dalam penghadangan itu. Ketua The Jakmania, Larico Ranggamone dalam pernyataan resminya bahkan ikut mengutuk tindakan penyerangan itu. Sikap The Jakmania yang mengutuk tindakan itu disambut banyak orang.

Larico juga menegaskan bahwa Jakmania yang memiliki kartu anggota resmi di bawah organisasi kordinator wilayah (korwil) masih berkomitmen untuk menjaga kota Jakarta tetap aman dan tertib saat laga Persija.

Suporter Persib juga mengecam aksi sweeping mobil pelat B yang terjadi Sabtu lalu. Puluhan bobotoh yang tergabung dalam Viking turun ke jalan untuk menggelar aksi simpatik dengan membagi-bagikan bunga kepada mobil asal Jakarta.

Aksi itu sangat baik dan menenangkan warga Jakarta yang berlibur di Bandung."Kami minta maaf atas tindakan oknum yang belum dewasa sehingga melakukan pengrusakan. Kami kecewa atas aksi tersebut," kata koordinator Viking Kampus, Agi.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Roy Suryo juga bergerak cepat. Sesudah kejadian penyerangan bus Persib dan aksi sweeping mobil pelat B, Roy langsung menggelar pertemuan dengan Persija dan Persib. Roy juga mendesak pihak kepolisian agar segera menangkap para pelaku tindak kekerasan itu.

Dia juga meminta agar Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) bersikap adil dalam menentukan status pertandingan Persija vs Persib. "Kita harus bisa pisahkan spirit pertandingan dengan kriminalitas. Karenanya ini harus disudahi," kata Roy. Menpora berjanji akan berusaha mendamaikan suporter Persija dan Persib.

Sudah Berkali-kali

Ketegangan seperti yang terjadi Sabtu 22 Juni 2013 itu, sebetulnya sudah beberapa kali terjadi. Kerap kali juga permaian tetap dilanjutkan. Pemain Persija, Ismed Sofyan, mengisahkan bahwa kalau bertanding di Bandung mereka juga kadang diteror. "Soal diteror suporter, kami juga mendapatkannya. Bahkan lebih parah" ujar Ismed.

Kapten Persib, Atep, juga menuturkan kisahnya bermain di dua klub yang selalu bersaing itu. Persib dan Persija. Dari tahun 2004 hingga 2008 Atep memang bermain untuk Persija."Ini adalah pertandingan menarik. Tensinya selalu tinggi. Para pemain juga sering terlibat percekcokan. Tapi itu hanya sebatas profesional. Di luar kami tetap teman,"kisahnya.

Para pemain bersahabat, yang terasa susah dikendalikan adalah mereka yang mengklaim diri pendukung, yang belum tentu benar, salah satu klub itu. Dua tahun lalu, para pemain Persib sempat menjadi bulan-bulanan saat menjajal lapangan sehari sebelum bertanding di Stadion Lebak Bulus, Jakarta. Beberapa pemain dibogem.

Sebelumnya aksi kekerasan menimpa pemain Persija, Ismed Sofyan, saat tampil di Bandung pada putaran satu. Bahkan dalam beberapa musim terakhir, tim Persija selalu diboyong dengan barakuda menuju dan saat keluar lapangan di Bandung.

Aksi kekerasan seperti ini bahkan sempat menimbulkan korban tewas. Pada musim lalu, tiga orang tewas dikeroyok saat menyaksikan laga Persib vs Persija di Gelora Bung Karno, meski tanpa memakai baju beratribut suporter. Mereka tertangkap sejumlah orang dan menjadi bulan-bulanan. Polisi menangkap enam pelaku.

Aksi kekerasan seperti ini juga terjadi di daerah lain. Awal Mei lalu warga Grobogan, Jateng terlibat bentrok dengan pendukung PSIS usai menyaksikan timnya bertanding melawan Persipur Purwodadi. Puluhan rumah rusak. Tiga sepeda motor milik suporter dibakar massa. Tiga orang mengalami luka-luka.

Maret tahun lalu, 5 orang suporter Persebaya'Bonek Mania'juga meregang nyawa di Lamongan. Fans Persebaya itu diduga tewas terjatuh dari atas kereta api karena diserang suporter Persela Lamongan dengan lemparan batu. Saat itu rombongan bonek sedang dalam perjalanan menuju Bojonegoro.
©VIVA.co.id

Posted by Wordmobi