Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan Menteri Agama Suryadharma Ali (SDA) sebagai tersangka korupsi penyelenggaraan haji tahun 2012-2013. Diduga ada permainan menggelembungkan proyek katering, pemondokan dan transportasi sehingga biaya haji menjadi mahal.
Diduga, ada sejumlah anggota DPR dan keluarga Suryadharma Ali ikut dalam rombongan haji bersama Menteri Agama. Mereka menggunakan fasilitas negara untuk naik haji.
"Ada keluarga menteri juga, menteri SDA. Keseluruhan tidak ingat lagi, tapi kurang lebih di bawah 100," kata Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas Gedung KPK Jakarta, Jumat (23/5)
Fakta yang dibeberkan KPK ini membuat miris. Jika menengok sejarah, ada kisah menarik saat Presiden kedua RI Soeharto dan keluarganya naik haji. Walau menjadi orang paling berkuasa saat itu, Soeharto tak mau dibayari negara.
Tahun 1991 Presiden Soeharto bersama keluarga pergi menunaikan ibadah haji. Karena berhaji urusan pribadi, Soeharto menolak dibiayai negara. Dia juga tak mau Departemen Agama repot-repot mengurusi kepergiannya.
Seluruh Paspampres yang ikut dan rombongan pendukung pun dibiayai oleh Soeharto.
Reporter Senior TVRI DR Sutrimo meliput langsung momen Soeharto naik haji. Dia pun menuliskan pengalamannya dalam buku 34 Wartawan Istana Bicara Tentang Pak Harto terbitan UMB Press tahun 2013.
Walau naik haji bukan sebagai kepala negara, nyatanya kehadiran Presiden Soeharto tetap mendapat sambutan meriah para jamaah haji yang datang dari seluruh dunia.
"Sewaktu Pak Harto melempar jumrah, banyak kaum Muslimin melambaikan tangan dan mengelu-elukan Pak Harto dengan berteriak Assalamu'alaikum Rois Indonisi, Assalamu'alaikum Rois Indonisi," kata Sutrimo.
Rois Indonisi artinya pemimpin dari Indonesia. Mereka menghormati Soeharto sebagai pemimpin dari negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.
Jika benar kini para pejabat Indonesia mengkorupsi dana haji, sungguh memalukan sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar. Setelah sarung, Alquran, haji pun tak lepas dari bagi-bagi proyek dan aji mumpung.
Sumber: Merdeka.com
0 komentar:
Post a Comment