Nggak selamanya yang naik mobil itu kawula sosialita. Di dalam masyarakat kita selama ini masih banyak banget anggapan kalau mobil adalah kendaraan khusus kelas atas saja. Yah, emang sih buat punya mobil atau mengisi bbm mobil butuh duit yang nggak sedikit. Tetapi, sebenarnya masih banyak banget loh pengendara mobil yang sebenernya bukan orang bergelimang harta, punya duit tumpah-tumpah atau bisa pergi beli sayur pake tas Hermes.

Seperti itu

Banyak juga di antara para pengendara mobil yang sebenernya hanya rakyat biasa, makan seadanya dan mikir-mikir banget soal isi dompet. Kalau kamu salah satu dari mereka, kamu mungkin bakal ngerasain beberapa hal berikut. Kalau kamu bukan salah satunya, kamu perlu baca lebih lanjut untuk mengetahui isi hati para pengendara mobil yang sering kena stereotype "pasti tajir".

1. "Cieeee horang kaya, gaya~ kemana-mana harus naik mobil!"Padahal, bukan karena kamu sok kaya, tapi emang dasarnya gak bisa mengendarai motor…

Susah naik motor

Padahal sih ya, nggak jarang mereka yang 'selalu' naik mobil ini bukan karena alasan aneh-aneh, melainkan semata-mata karena mereka gak bisa mengendarai motor aja. Gak punya SIM C. Bisa juga, mereka punya koordinasi keseimbangan yang jelek ketika menggunakan kendaraan beroda dua. Masuk akal kan?

2. Atau mungkin gak diizinin sama orang tua untuk naik kendaraan selain mobil dengan berbagai pertimbangan. Jadi kamu terpaksa pakai mobil kemana-mana.

Pokoknya hanya boleh naik mobil!

Maka, jangan asal nge-judge dulu dong. Coba perhatikan temen-temenmu yang kemana-mana naik mobil tapi sering makan di warteg, itu bukan tanpa alasan. Mungkin orang tuanya gak boleh anaknya keluar rumah kalau gak pakai mobil.

3. "Traktir dong! Lo pasti banyak duit kan? Orang bermobil gitu…"Ahelah, ini lagi. Banyak juga yang ngira orang bermobil pasti dompetnya tebal. Padahal…

Dompet kosong, sekosong kehidupan asmara

Justru karena bawa mobil, mereka butuh alokasi uang lebih banyak untuk mengisi bahan bakar. Nggak jarang para pengendara mobil harus ngirit-ngirit budget karena untuk menempuh jarak yang sama dengan kendaraan lain, misalnya motor, mereka butuh keluar biaya lebih besar karena BBM yang dipakai lebih banyak. Ngomong-ngomong soal BBM…

4. Momen ketika mengisi BBM mirip dengan sensasi ketika didekati Dementor yang hendak mengisap kebahagiaan.

"Semoga segini cukup buat sampe rumah" adalah doa andalan

Indikator bahan bakar yang tinggal satu garis merupakan mimpi buruk bagi para pengendara mobil dengan budget rendah. Lagi-lagi uang juga menjadi kendala bagi mereka. Bayangin dengan pemasukan atau duit bulanan yang sama dengan para pengendara motor, tapi biaya yang dihabiskan untuk BBM bisa sampai lima kali sendiri!

Boro-boro menraktir, buat makan sendiri aja mungkin mepet. Yah nasib…

5. Apalagi kalau mobil yang dibawa tidak dilindungi oleh asuransi karena harga premi yang selangit. Dan ketika mobilnya lecet, kesalnya itu minta ampun.

Siapa nih yang bikin baret?! Keluar lo!

Rasanya kaya hatimu yang lecet, luluh lantak. Membayangkan biaya betulinnya bikin kamu ingin menjerit di bawah hujan, a la-a la film India. Apalagi kalau mobilnya masih atas nama orang tua, mau pulang ke rumah sendiri aja gemeteran kaya mau ketemu bos mafia. Karena takut didamprat sama bokap atau nyokap yang kecewa. Ngomong-ngomong soal lecet, atau kecelakaan…

6. Berasa nggak sih kalau pengendara mobil selalu yang disalahkan duluan ketika ada masalah di jalan, misalnya kecelakaan dengan kendaraan lain.

Sudah salah, marah pula...

Contohnya dengan sepeda motor (tapi nggak sebatas sama sepeda motor doang kok). Meskipun udah jelas-jelas motor itu yang ugal-ugalan dan nyalip sembarangan misalnya… Atau ekstrimnya kamu ditabrak dari belakang… PADAHAL MOBIL KAMU DALAM KEADAAN PARKIR.

Pengendara lain: Aduuuuh aduuuuh sakiiiit! Ganti rugi woy!

Kamu: Tapi kan bapak yang nabrak saya? *sambil menahan perih melihat penyot hasil ditabrak*

Pengendara lain: Lha salah sampeyan lah! Kenapa mobilnya diparkir?

Kamu : Lah, ini kan halaman rumah saya… Situ yang nyelonong masuk!

Yah di banyak kejadian, tetep bakal kamu yang bakal dijadiin bulan-bulanan. Alesannya rata-rata karena mobil rodanya empat yang bawa mobil itu berasal dari kelas sosial lebih tinggi dengan uang lebih banyak. Padahal keadilan kan harusnya sama rata.

7. Ketika sudah tiba waktunya untu membawa mobilmu ke servis berkala, hati ketar-ketir menunggu tagihan. Karena sekadar ganti oli saja bisa bikin pailit!

Aduh panas ya... mesin mobilnya.

Mobil juga gak berbeda sama kendaraan bermotor yang lain, mereka butuh kasih sayang, perawatan teratur dan rajin diservis. Semuanya butuh duit yang tidak sedikit. Nggak jarang demi menjaga mobil kamu yang high maintenance, kamu sendiri harus hidup secara low maintenance. Cedih.

"Kok makan nasi putih sama sayur bening aja?"

"Habis servis si mobil nih…"

"Oh pantes"

8. Ketika bergabung dalam suatu kegiatan kepanitiaan, kamu biasanya langsung didaulat menjadi seksi transportasi. Karena punya mobil!

"Aku tuh nggak bisa diginiin"

Padahal kamu lebih minat sama seksi dana dan usaha (biar bisa elus-elus duit) atau seksi konsumsi (biar bisa icip-icip makanan) tapi ujung-ujungnya kamu lebih cenderung dititah menjadi supir bersama. Disuruh ke sana kemari dengan mobil andalanmu, dan kamu hanya bisa berdoa semoga dana transportasi dari panitia tidak pas-pasan karena takut nombok.

9. Kamu juga bakal jadi andalan teman-temanmu kalau mereka pengen pergi keluar kota. Padahal sering duit bensin tinggal selembar doang di dompet.

Demi kebersamaan, desak-desakan dalam mobil andalan.

Patungan dulu, woy!

Yah, kalau temen-temen kamu punya kesadaran untuk patungan bayarin BBM sih kamu bisa bernafas lega. Meskipun capek jadi sopir antar kota, yang penting nggak tekor. Tapi tidak jarang juga kamu malu untuk bilang ke mereka soal butuh suntikan dana bahan bakar. Takut nanti dibilang pelit atau gak setia kawan. Tapi kalau menurutHipwee sih, temen sejati bakal mengerti kamu soal hal ini.:)

10. Iya sih ngga bakal kena terik mentari atau kehujanan, tapi kalau kena macet giliran mereka yang merana di tengah jalan.

Jam pulang kantor atau sekolah, udah harus siap mental

Sementara para pengendara roda dua bisa dengan luwesnya nyalip-nyalip di kepadatan lalu lintas jalan raya, tidak begitu dengan mereka yang bawa mobil. Para pengendara mobil harus melatih kesabaran dan keikhlasan mereka untuk buang-buang waktu, uang dan tenaga terperangkap dalam kemacetan.

11. Dan belum tentu kamu terjebak kemacetan di dalam mobil yang nyaman.

Buka jendela lebar-lebar dan kipas-kipas aja sambil dengerin radio.

Kalau mobil kamu full AC dan full musik mungkin kamu nggak akan terlalu tertekan. Tapi tidak jarang dengan keuangan seadanya kamu harus menekan beberapa fitur dan fasilitas kenyamanan dari mobil untuk berhemat. Selamat berteman dengan gerah dan bosan ya!

12. Parkir di tempat umum juga menjadi hal yang patut diwaspadai buat para pengendara mobil.

1 jam pertama 5 ribu, plus 5 ribu per setiap jam berikutnya. Duh dek.

Beli Ayam Goreng di mall > Rp. 15,000

Bayar parkirnya > Rp. 30,000

Selain lebih susah karena butuh tempat lebih luas, nggak jarang harga tarif parkir buat mobil bisa bikin nelangsa. Karena sekali lagi, harganya bisa 2 sampai 3 kali lipat tarif parkir kendaraan roda dua. Belum lagi kalau parkir di mall yang sistemnya tarif bertambah setiap jam… Yang harusnya menikmati jalan-jalan di mall, jadi nggak enjoy karena kepikiran berapa kocek yang harus dikeluarkan buat nebus biaya parkir.

Gimana, kamu yang pada naik mobil pernah ngerasain hal-hal di atas nggak? Kalau iya, selamat kamu adalah pengendara mobil kere! Biar kere asal bahagia! Buat yang nggak naik mobil, mungkin ini bisa bikin kalian lebih mengerti tentang perasaan temen-temen pengendara mobil yang sebenarnya juga orang-orang sederhana

sumber