Kabar gembira buat kamu yang sedang berjuang keras menjadi sarjana. Walau masih sebatas wacana, Mentri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) akan menghapuskan skripsi sebagai syarat untuk menjadi sarjana. Ingat ini masih wacana lho!Menurut Muhammad Nasir adanya skripsi ini justru jadi ajang kecurangan bagi mahasiswa. Banyak mahasiswa yang melakukan plagiasi atau membayar orang untuk membeli skripsi agar bisa jadi sarjana. Rencananya, menulis skripsi ini hanya jadi salah satu pilihan saja. Sementara pilihan lainnya, mahasiswa bisa memiliki beberapa pilihan untuk lulus.

Hmm, kira-kira pilihan apa saja yang diberikan ya agar mahasiswa bisa lulus? Mari kita berandai-andai, selain skripsi, ujian apa yang bisa diberikan agar seseorang bisa jadi sarjana.

1. Magang di perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Sampai perusahaannya bangkrut gara-gara ngurusin kamu, mungkin.

Magang bisa sama memusingkan dengan skripsi

Sebagian mahasiswa, mungkin kamu kurang memiliki kemampuan menulis (skripsi) yang baik. Makanya meskipun sebenarnya penguasaan teorinya bagus atau prakteknya juga cukup menguasai, tapi skripsinya nggak kelar-kelar dari semester empat sampai sekarang menginjak akhir semester tujuh. Untuk itu, mungkin ada baiknya selain membuat skripsi, mahasiswa diberi pilihan untuk kerja magang di suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Penilaian dari perusahaan tempat magang itulah yang dijadikan acuan kelulusan. Jadi, mereka yang kesulitan menyusun skripsi bisa mengerjakan pilihan lain seperti magang di perusahaan ini.

2. Pengabdian kemasyarakatan bisa juga jadi salah satu pengganti skripsi.

Pengabdian nyata untuk masyarakat mungkin lebih berguna dibanding skripsi

Mungkin beberapa mahasiswa menjadi mahasiswa abadi karena sibuk menjadi abdi masyarakat. Ada yang sibuk mengajar di tempat-tempat terpencil, ada juga yang jadi relawan di LSM, ada juga yang jadi tukang demo. Intinya, mereka nggak lulus-lulus bukan karena malas atau bodoh, tapi karena punya aktivitas sosial. Kenapa nggak sekalian saja aktivitas itu jadi salah satu syarat kelulusan pengganti skripsi. Asalkan SKS yang ditempuh sudah cukup, mereka boleh memilih yang dikerjakan untuk kelulusan. Di samping menulis skripsi, yang ingin mengabdi di masyarakat dipersilahkan dan tentunya ada pembinaan dan laporan apa yang dilakukannya tersebut.

3. Menjadi asisten dosen bisa jadi ujian yang sama beratnya dengan mengerjakan skripsi.

Mungkin kalau disuruh ngomong lebih jago dari pada nulis skripsi

Sudah dijelaskan di atas, kalau lamanya membuat skripsi itu bisa jadi bukan karena si mahasiswa nggak pintar atau malas. Tapi, bisa juga karena dia memang nggak punya kemampuan menulis yang baik. Ide dan pemikirannya yang brilian itu susah sekali tertuang dalam secarik kertas, tapi kalau disuruh cerita di depan umum jagonya bukan main. Nah, karena ada beberapa mahasiswa yang tipenya begini bagaimana kalau syarat kelulusannya diganti menjadi asisten dosen. Mereka yang jago presentasi itu mungkin akan lebih mudah mendapatkan gelar sarjana jika gagasan dan pemahaman teorinya tak perlu dituliskan tapi diceritakan dalam bentuk mengajar di kelas.

4. Seharusnya ada standar IPK tertentu, sehingga yang memenuhi standar nggak perlu ngerjain skripsi.

Atau yang IPK nya tinggi langsung lulus aja

Selain mengerjakan kegiatan, mungkin bisa juga dibuat pengecualian. Buat mereka yang SKS-nya sudah mencukupi dan mencapai IPK tertentu, diberi kado nggak usah ngerjain skripsi. Pastinya standart IPK-nya juga harus tinggi. Mereka yang dapat keistimewaan ini IPK-nya harus di atas 3,85 misalnya. Mereka yang nggak pingin ngerjain skripsi, ya ngulang terus sampai nilai IPK-nya jadi di atas 3,85. Sama-sama sulitnya kan?

5. Merumuskan teori serta membuat karya atau penemuan-penemuan mutakhir yang bermanfaat.

Bikin penemuan juga bisa jadi pengganti skripsi

Sebenarnya, ilmu yang dipelajari di bangku kuliah tentu akan bermanfaat bila bisa dipraktekan dalam kehidupan nyata dan berguna untuk masyarakat luas. Di samping membuat skripsi, untuk syarat kelulusan meraih gelar sarjana, bisa juga membuat pilihan harus menciptakan penemuan yang inovatif dan berguna bagi nusa dan bangsa. Mahasiswa yang kreatif tentu lebih tertantang dengan syarat kelulusan ini. Mungkin mereka yang berada di jurusan-jurusan sains membuat penemuan seperti alat pendeteksi letak batu akik. Mereka yang berada di jurusan sosial bisa membuat penemuan tentang templete desain logo partai yang pasti menang setiap pilkada.

6. Bikin artikel ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah atau lolos ikut seminar ilmiah tingkat dunia.

Nulis karya ilmiah boleh tapi artikel aja nggak usah panjang-panjang

"Orang Amerika bisa ke bulan dengan pesawat luar angkasa, Orang Indonesia bisa ke bulan dengan tumpukan kertas!"

Di samping nulis skripsi panjang-panjang yang pada akhirnya menambah tumpukan kertas, mending nulis artikel ilmiah yang benar-benar berbobot dan layak untuk masuk ke jurnal-jurnal ilmiah. Kalau jurnal ilmiah terlalu sulit, bisa lah dengan diikutkan seminar yang menerima naskah ilmiah secara terbuka. Ada banyak seminar yang membuka pengumpulan artikel untuk mahasiswa. Biasanya pengirim artikel yang lolos mendapat kesempatan untuk menjadi pembicara di ruang diskusi dari seminar yang pesertanya umum dan dari berbagai tempat itu. Artikel yang nggak sepanjang skripsi itu jadi bisa dibaca oleh masyarakat yang lebih luas.

Skripsi sebagai syarat kelulusan gelar sarjana seperti yang selama ini dilakukan nggak salah. Tapi, kayaknya banyak teman-teman mahasiswa yang tambah semangat kuliah kalau ada syarat lain selain skripsi. Kalau sudah banyak pilihan selain skripsi tapi masih susah lulus juga, ya berarti emang kebangetan mahasiswanya! Semoga saja apa yang diharapkan Pak Mentri bisa cepat terlaksana, sehingga mereka yang sedang berjuang meraih gelar sarjana itu punya sedikit kegembiraan.

Kalau menurut kamu, selain skripsi kegiatan apa yang bisa dilakukan sebagai pengganti skripsi?

sumber