Inilah Makna Dari Lagu "Cublak-cublak Suweng" Yang Sarat Ajaran Agama
  

Siapa yang tidak mengenal lagu dalam permainan tradisional anak-anak nusantara ini? kalo tidak tahu berarti kurang wawasan. Lebih kurang wawasan lagi apabila Anda yang sedari kecil menyanyikan lagu tersebut sampai sekarang belum juga tahu apa makna yang terkandung dibalik lagu "Cublak-cublak Suweng".

Permainan Cublak-cublak Suweng

Permainan "Cublak-cublak Suweng"

Sekali lagi, lagu ini amat sarat makna filosofi kehidupan dan pesan-pesan moral. Mari kita bahas lagu ini dan semoga menginspirasi para generasi muda untuk tidak sekedar menciptakan serta menyanyikan syair lagu cinta-cintaan yang "cengeng", namun dapat mewariskan karya yang mengandung filosofi kehidupan cara mencari Tuhan.

Mari kita bahas per bagian dari lagu tersebut:

CUBLAK-CUBLAK SUWENG

Cublak adalah tempat berupa serahi yang biasanya untuk menyimpan minyak wangi dan Suweng adalah nama salah satu jenis perhiasan wanita yang biasanya berbentuk bundar pipih seperti uang logam (mirip anting-anting) –di Jawa merupakan harta yang sangat berharga.

Lirik pertama lagu ini menggambarkan bahwa terdapat suatu tempat yang menyimpan banyak harta (cublak-cublak) yang sangat berharga (suweng). Dalam permainan ini digunakan kerikil sebagai pengganti atau sebagai gambaran suwengtersebut. Dalam hal ini menggunakan suweng karena biasanya wanita sangat mencintai perhiasan. (di)cublak juga bisa berarti (di)tusuk/ dicubles. Oleh karena itu dalam permainan ini, saat kerikil berputar dari tangan satu ke tangan yang lain seperti menusuk (menekan) di tangan pemain-pemain yang lain secara bergantian memutar.

SUWENGE TENG GELENTER

Suwenge adalah nama jenis perhiasan telinga wanita tersebut. Teng adalah ke arah atau kemana. Gelenter adalah berserakan.

Arti keseluruhan dalam lirik kedua ini adalah hartanya berserakan kemana-mana. Hal ini digambarkan dalam permainan dimana anak-anak menyembunyikan batu kerikil (diibaratkan suweng) tersebut dengan beredar dari satu tangan ke tangan yang lain (suwenge teng gelenter)

MAMBU KETUNDHUNG GUDHEL

Mambu adalah bau yang tercium. Ketundhung berasal dari kata tundhung yang artinya adalah bergerak, mengejar, dan memburu. Gudhel adalah anak kerbau. Arti selengkapnya adalah Tercium yang kemudian diburu oleh anak kerbau.

Lirik ke tiga ini menggambarkan adanya sebuah kabar (harta tersebut) yang didengar oleh orang bodoh atau orang yang tidak tahu (digambarkan sebagai Gudhel) dan kemudian ia memburunya. Lirik ini menggunakan gudhel bukan kerbau atau sapi karena gudhel menggambarkan kebodohan dalam masyarakat Jawa.

PAK EMPOK LERAK LEREK

Pak adalah panggilan untuk bapak atau llaki-laki dewasa yang sudah menikah. Empok adalah nama pemain yg telungkup, yang posisinya seperti orang yang kentut (Empok = kentut). Lerak-lerek adalah melirik-lirik (mencarinya).

Pak Empok adalah gambaran dari orang-orang bodoh tersebut. Di sini menggunakan kata Pak sebagai gambaran bahwa yang memiliki nafsu mengejar harta adalah orang dewasa bukan anak kecil. Lerak-lerek adalah tengok kanan-kiri. Lirik ini menggambarkan bahwa orang-orang bodoh tersebut tengok kanan-kiri untuk mencari tahu dimana harta tersebut berada.

SOPO NGGUYU DHELIKAKE

Sopo adalah siapa, ngguyu adalah tertawa. Ndhelikake adalah menyembunyikan yang berasal dari kata dhelik yang artinya adalah sembunyi.

Arti dari lirik ini adalah siapa yang menyembunyikan harta tersebut ia tertawa. Hal ini digambarkan dalam permainan bahwa anak-anak yang lain (yang tidak telungkup) pasti tertawa saat anak yang telungkup berusaha menebak siapa yang menyembunyikan batu kerikilnya.

SIR SIRPONG DHELE KOPONG

Sir merupakan pinjaman dari bahasa Arab yaitu sirrun yang artinya adalah hawa nafsu. Pinjaman kata ini dikarenakan pencipta lagu, Sunan Giri, merupakan orang yang paham agama islam dan tetntunya juga dengan bahasa Arab. Pong merupakan penyingkatan dari kata kopong yang artinya kosong. Sedangkan dhele adalah penyingkatan dari kedhele yang artinya adalah kedelai. Dalam masyarakat Jawa kedelai adalah sebagai berbagai bahan makanan seperti tempe dan tahu.

Lirik lagu tersebut mengggambarkan tentang rahasia untuk menemukan harta tersebut adalah dengan mengosongkan hawa nafsu kita (sir-sir pong) dan mengosongkan rasa rakus kita untuk terus mengisi perut (dhele kopong). Suatu petunjuk bagi yang ingin mencari harta, maka gunakanlah hati nurani dengan mengosongkan hawa nafsu dan sifat nafsu untuk mengisi perut (sir-sir pong dhele kopong).

Apabila ditafsirkan secara garis besar, maka makna dari lagu dan permainan ini adalah sebagai berikut:

Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang diciptakan dari tanah. Oleh karena itu, dalam permainan ini digambarkan dengan seorang anak yang telungkup mencium tanah dan seperti bersujud kepada Tuhan-nya. Namun manusia tetaplah memiliki hasrat dalam mengarungi kehidupan ini. hasrat manusia tersebut adalah hasrat nafsu dalam mengejar harta, tahta dan wanita. Dalam lagu ini manusia tetap memenuhi hasratnya untuk mencari harta yang banyak (cublak-cublak suweng).

Harta tersebut terdapat dimana-mana (suwenge teng gelenter). Timbul pertanyaan adalah jika ada satu tempat yang menyimpan banyak harta, namun harta tersebut terdapat dimana-mana, berserakan dimana-mana? Maka tempat apakah itu. Sesunggguhnya dalam lagu ini sedang menunjukan bahwa harta yang banyak tersebut terdapat banyak sekali disekeliling kita. Hanya kita saja yang tidak tahu jika hal tersebut adalah harta.

Akan tetapi kabar adanya tempat yang menyimpan banyak harta tersebut tercium oleh orang bodoh juga. Sehingga orang yang bodoh tersebut memburu harta tersebut (mambu kethudung gudhel). Hal ini menggambarkan bahwa orang bodoh tanpa mencari tahu benar atau tidak suatu berita sehingga mudah untuk membenarkanya berita tersebut. Di sini dijelaskan bahwa konsep bodoh oleh orang Jawa adalah seseorang yang hanya membenarkan kabar berita yang beredar dan tidak memfikirkan benar atau salahnya berita tersebut.

Hingga ada sekelompok orang yang sudah menemukan harta tersebut dan menyembunyikan hartanya tersebut mereka senyum-senyum (mesam-mesem). Di sini penulis menggunakan kata ndhelikake yang artinya adalah menyembunyikan, yang memiliki maksud bahwa orang yang senyum-senyum tersebut menemukanya dengan cara yang tidak baik. Jika dikorelasikan dengan kondisi sekarang ini maka dikaitkan dengan orang-orang yang menyembunyikan harta negara (koruptor) yang tetap tersenyum mesam-mesem di depan kamera televisi (sapa ngguyu ndhelikake) walaupun sudah menjadi terdakwa koruptor.

Maka cara yang terbaik untuk menemukan harta tersebut maka kosongkan hawa nafsu dan kosongkan sifat rakus demi mengisi perut (Sir—sir pong dhele kopong). Di sini penulis lagu sekaligus menjawab pertanyaan tentang jika ada tempat yang menyimpan banyak harta tetapi barta tersebut tercecer di mana-mana, maka tempat apakah itu? ternyata harta yang banyak tersebut adalah berada di hati kita masing-masing. Tempat itu adalah kelapangan hati kita setiap manusia. Jadi bukan harta fisik yang dimaksudkan. Oleh karena itu, orang bodoh yang masih mencari harta dengan rakus dan nafsu ia ditertawai oleh orang-orang yang sudah menemukan harta tersebut terlebih dahulu. Orang-orang yang sudah menemukan harta tersebut sebenarnya tidak nyaman dengan banyaknya harta