Ini Daftar 9 Maskapai Penerbangan Indonesia Yang Dinilai Tak Aman Oleh Airline Ratings

Indonesia yang memiliki Bali sebagai destinasi wisata nomor 2 terbaik di dunia tenryata memang memiliki segudang masalah untuk mengembangkan kepariwisataannya, khususnya dalam bidang pendukungnya seperti tarnsportasi. Dalam hal ini adalah transportasi udara.

 

Sayangnya, menurut AirlineRatings.com yang mengukur tingkat keselamatan penerbangan, Indonesia dipandang sebagai negeri dengan maskapai penerbangan bermasalah. Tercatat 9 maskapai penerbangan dari Indonesia hanya mendapatkan satu bintang atau kurang dari maksimal 7 bintang yang dapat diberikan.

 

Adapun maskapai penerbangan dengan peringkat terbaik sedunia diraih oleh Qantas (Australia). 19 maskapai terbaik di bawahnya adalah, berturut-turut: Air New Zealand, Alaska Airlines, All Nippon Airlines, American Airlines, Cathay Pacific Airways, Emirates, Etihad Airways, EVA Air, Finnair, Hawaiian Airlines, Japan Airlines, KLM, Lufthansa, Scandinavian Airline System, Singapore Airlines, Swiss, United Airlines, Virgin Atlantic and Virgin Australia.

 

Garuda Indonesia hanya mendapatkan tiga dari tujuh bintang dalam urusan keselamatan penerbangan. Maskapai nasional ini menjadi satu-satunya pemberi layanan jasa penerbangan Indonesia yang boleh melintasi langit Uni Eropa.

 

Pemberian bintang didasarkan pada sejumlah faktor. Salah satunya adalah apakah maskapai yang dimonitor telah mendapatkan sertifikasi dari Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional (IATA). Catatan kecelakaan atau pelanggaran yang mengancam keselamatan penumpang juga masuk ke dalam pertimbangan. Jika suatu maskapai hanya menerbangkan pesawat buatan Rusia, satu bintang dihapuskan.

 

Selain itu, hasil audit dari pihak berwenang dari negara tempat maskapai berasal serta catatan angka kematian dari kecelakaan penerbangan suatu maskapai pula masuk hitungan.

 

Terkait penilaian ini, juru bicara Kementerian Perhubungan, J.A. Barata, mempertanyakan keabsahan riset dan pemeringkatan AirlineRatings.com. Menurutnya, Merpati Airlines dimasukkan ke dalam lis pemantauan saat maskapai tersebut telah berhenti beroperasi. Mendapatkan status "rating pending" atau belum mendapatkan bintang di laman AirlineRatings.com, Merpati tidak lagi mengudara sejak Februari 2014 setelah mengalami kebangkrutan.

 

Barata menyinggung maskapai penerbangan Malaysia, Malaysia Airlines, yang mendapatkan lima bintang meskipun sempat mengalami dua insiden besar yang mengguncang industri penerbangan dunia. Dua insiden yang dimaksud adalah kejadiaan naas pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 yang hilang dilautan dan MH17 yang jatuh ditembak roket di wilayah perbatasan Rusia dan Ukraina.

 

Menanggapi hal tersebut, Editor AirlineRatings.com, Geoffrey Thomas, mengatakan bahwa bintang lima bagi Malaysia Airlines dilandaskan pada keberhasilan maskapai memenuhi audit keselamatan operasional (IOSA) yang diprogramkan IATA. Tidak banyak maskapai penerbangan yang mau menjalankan proses tersebut.

 

Sayangnya, Susi Air tidak termasuk ke dalam daftar maskapai yang dipantau oleh laman tersebut. Peringkat keselamatan bagi AirAsia Indonesia juga masih ditangguhkan.

 

Dari sekitar 407 maskapai penerbangan yang diamati, 148 di antaranya mendapatkan tujuh bintang dalam urusan keselamatan. Sementara itu, hampir 50 maskapai lainnya hanya mendapatkan tiga bintang atau kurang.

 

Berikut ini adalah daftar maskapai dari Indonesia yang mendapatkan peringkat terburuk dalam hal keselamatan penerbangan:

 

1. Trigana Air Service

2. Batik Air

3. Citilink

4. Kalstar Aviation

5. Lion Air

6. Sriwijaya Air

7. TransNusa Air Services

8. Wings Air

9. Xpress Air

(Sydney Morning Herald, airlineratings.com)