Bagi sebagian besar orang, jika mendengar kata Dubai pasti identik dengan kemewahan, kemakmuran, gemerlap dan lain sebaginya. Namun ibarat koin, dubai memiliki sisi yang lainnya. Berikut ini dibalik gemerlap ekonomi Dubai:
1. Ratusan Ribu Pekerja Dubai Diperlakukan Seperti Budak
 
Meskipun dikenal banyak bangunan mewah di sana, namun pada kenyataannya banyak kelas bawah seperti kaum Bangladesh dan India yang diperlakukan seperti budak.

Orang-orang ini dijanjikan gaji bulanan yang besar, menerima akomodasi yang fantastis dan makanan, dan diperlakukan seperti raja. Ini semua bohong.

Nyatanya, saat orang-orang ini turun dari pesawat, majikan mereka menyita paspornya, dan kemudian dipaksa bekerja selama 14 jam sehari di gurun. Bayaran yang diberikan pun kurang dari seperempat dari upah yang dijanjikan. Mereka hidup dalam batas kemiskinan. Ini yang memicu tingginya angka bunuh diri di Dubai.

2. Punya Utang Bisa Masuk Penjara
 
Di Dubai, hanya ada 2 pilihan jika punya utang, Anda membayar utang atau Anda masuk penjara. Sebuah artikel di The Independent menceritakan kisah Karen dan Daniel Andrews, warga Kanada yang pindah ke Dubai, saat Andrews menerima tawaran pekerjaan di UAE.

Karen awalnya ragu-ragu untuk pindah, tapi dia harus mengikuti suaminya. Setelah menetap di sana dengan gaya hidup mewah, mereka berdua mulai 'terbuai oleh pesona Dubai'.

Daniel didiagnosis tumor otak dan ia membuat kesalahan dalam mengelola keuangan mereka, akhirnya mereka punya utang. Ketika mereka memutuskan untuk meninggalkan Dubai, Daniel berhenti dari pekerjaannya dan ia diberi uang saku lebih rendah daripada yang dijanjikan.

Ada aturan aneh di Dubai, di mana ketika Anda keluar dari pekerjaan Anda, pihak perusahaan memberitahukan kepada pihak bank atas utang yang dimiliki si pekerja sehingga semua akun yang Anda miliki dibekukan.

Ini persis apa yang terjadi pada Andrews. Kartu kredit mereka diblokir, mereka diusir dari apartemen dan Daniel dipenjara.

 
3. Ada Kelas Majikan dan Pembantu
Banyak pekerja di Asia Tenggara yang tertipu pindah ke Uni Emirat Arab (UAE) demi kehidupan yang lebih baik. Populasi di negara tersebut didominasi warga Filipina dan Ethiopia yang menjadi pembantu-pembantu dengan nasib mengerikan.

Paspor mereka disita, gaji mereka tidak pernah dibayar,  tidak boleh istirahat, dan majikan memiliki kekuasaan absolut atas budak-budak mereka.

Karena hal ini, banyak dari mereka melarikan diri hingga ke pinggiran kota untuk mencari perlindungan agar keluar dari negara tersebut dan bisa kembali ke negara asal. Pekerja wanita dipukuli, tidak dihargai dan diperlakukan buruk seperti hewan.

4. Krisis Air
 
Dubai dikelilingi gurun dan padang pasir sehingga sulit untuk mendapatkan air. The Tiger Woods Golf Course misalnya, membutuhkan empat juta galon air per hari.

Dubai memiliki angka curah hujan terendah di planet ini sehingga air minum yang dihasilkan berasal dari sejumlah pabrik penyulingan di sekitar kota, karena itu harga air sangat mahal, bahkan termahal di muka bumi.

Berbicara tentang laut atau pantai yang ada di Dubai, perlahan-lahan mulai tercemar karena pabrik pengolahan pembuangan kotoran tidak mampu bersaing dengan pertumbuhan penduduk yang sangat besar. Mereka membuang sampah ke laut hingga menurunkan minat sebagian besar wisatawan yang mengunjungi kota tersebut.

5. Utang Pemerintah Menggunung
 
IMF memperkirakan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Dubai sekitar angka yang sama dengan jumlah utang pemerintah dan entitas yang mencapai US$ 130 miliar.

Ada tiga perusahaan holding yang berhubungan dengan pemerintah yang mengontrol pasar perumahan di Dubai, utang tersebut digunakan untuk pengembangan kota. Namun dengan pertumbuhan properti yang sangat besar, supplai berlebih sementara minat berkurang dan itulah yang terjadi di Dubai.

Gelembung properti meledak pada tahun 2009 dan perlahan mencoba pulih, dan faktanya entitas yang dikendalikan pemerintah tidak bisa membayar utang-utang tersebut yang akan meruntuhkan seluruh kota.

Sebuah artikel baru-baru ini oleh The Economist menunjukkan bahwa Dubai mungkin perlu mengubah model pertumbuhan ekonomi. Masalah lain adalah hanya 10% dari penduduk usia kerja Dubai adalah warga negara Dubai asli, sisanya adalah ekspatriat.