Jakarta - Lalu lalang orang di jembatan penyeberangan Jl HR Rasuna Said, Jaksel, pagi ini belum ramai. Tapi Turinih dan sejumlah pedagang sudah mulai sibuk menjajakan dagangannya.
Salah satunya Turinih (18). Gadis asal Indramayu penjual penganan khas Jawa ini sudah siap melayani pembeli. Ninih panggilan sapaannya, saban hari mulai berdagang sekitar pukul 05.30 atau 06.00 WIB. "Biasanya sama kakak jualan," katanya saat berbincang, Jumat (28/11/2014).
Ninih menjual tiwul, cenil, getuk, ketan hitam dan lupis. Ada dua bakul yang dibawa anak ke-3 dari 5 bersaudara ini, salah satu bakul berisi makanan yang sudah dikemas. "Bisa milih bu, kalau mau nggak pakai getuk," kata Ninih kepada pembelinya yang menginginkan kombinasi paket penganan hanya tiwul dan cenil.
Ninih menjual satu kemasan penganan seharga Rp 5 ribu. Tidak banyak untung yang bisa didapat dari dagangannya. "Ngga pasti untungnya, rata-rata (untung) bersihnya Rp 50 ribu," lanjutnya bercerita.
Keuntungan itu digunakan lagi oleh Ninih dan kakaknya Lina membeli modal dagangan. Dia memang biasa membantu kakaknya meracik olahan penganan. "Saya bantu-bantu aja, sekalian jualan bareng. Tapi hari ini kakak lagi ga jualan, lagi sakit," imbuh gadis tamatan SD ini.
Sudah 6 bulan Ninih berjualan di sekitar Jl HR Rasuna Said. Jembatan penyeberangan tempatnya berdagang selalu berpindah-pindah. "Cari tempat yang paling ramai aja, yang banyak turun dari busway," tuturnya.
Saat merantau ke Ibu Kota, Ninih sempat menjadi pelayan di warteg pool taksi di Bekasi. Tapi kemudian dia memilih berhenti kerja lantas kembali ke kampung dan akhirnya memilih ikut berjualan getuk.
"Nanti uangnya dikumpulin dikirim ke orang tua di kampung," sebut gadis yang bercita-cita menjadi TKW di Taiwan ini.
0 komentar:
Post a Comment