Cara Memprediksi Gunung Akan Meletus

Gunung berapi lebih mungkin meletus saat magmanya panas dan cair. Ini berarti, bila sebuah gunung berapi terdeteksi memiliki magma cair dalam jumlah besar di dalamnya, kemungkinan gunung tersebut akan meletus.

 

Demikian terungkap dalam hasil penelitian tentang gunung berapi yang dimuat dalam Jurnal Nature pekan ini.

Saat ini, orang biasanya memonitor gunung berapi dengan cara mencari perubahan dalam temperatur gas atau air, dan juga jumlah gempa, guna mencari tanda bahw magmanya siap keluar.

 

Penelitian Kent dan rekannya, Dr Cari Cooper dari University of California, mendasarkan temuan mereka pada penelitian sejarah suhu bagian penampung magma gunung Hood, yaitu gunung berapi aktif setinggi 3.429 meter di pegunungan Cascade, Oregon. Dengan cara memahami seberapa panas magma saat disimpan, sehingga didapat suhu minimum agar magma dapart keluar.

 

Salah satu yang memberi pengaruh besar terhadap proses-proses yang mengakibatkan letusan gunung adalah kondisi penyimpanan magma.

 

Kebanyakan gunung berapi tidak meletus sepanjang magma. Banyak yang menyimpan magma, atau sisa magma yang mendingin, di bawah tanah dalam waktu yang lama, terkadang hingga ratusan ribu tahun. Ada magma dingin dan kaku terletak sekitar lima kilometer di bawah gunung Hood. Tiba-tiba, magma baru yang lebih panas naik dan bercampur dengannya, memanaskan semuanya, memudahkan patahan-patahan bergerak ke permukaan.

 

Mereka meneliti magma beku dari dua letusan Gunung Hood, satu terjadi 220 tahun lalu, dan yang satu lagi 1500 tahun lalu. Mineral utama yang mereka teliti adalah plagioclase, yang merupakan mineral yang paling banyuak dimuntahkan gunung tersebut.

 

Kent dan Cooper kemudian mendapati bahwa kristal-kristal yang dimuntahkan dalam magma gunung Hood berusia 100.000 tahun. Suhu bisa diketahui melalui komposisi bahan kimia kristal tersebut.

 

Kedua peneliti ingin mencari tahu apakah ini juga terjadi pada gunung-gunung berapi lainnya.