Sebuah video dokumenter berjudul Onde Mandeh memperlihatkan keindahan dan ironi. Ketika videografer dan fotografer berserta rombongan Joy Sailing 2014 yang berkunjung ke Pulau Cubadak tersebut sehari sebelum acara seremonial, mendapat perlakuan tidak menyenangkan.
Mereka, bule pengelola, seperti menjadikan pulau tersebut terlarang. Terlarang bagi warga Indonesia yang ingin berkunjung ke lokasi. Salah seorang bule pengelola yang sempat melarang pengunjung yang membawa kamera untuk mengabadikan keindahan lokasi tersebut.
"Hei, jangan foto-foto begitu. Minta izin dulu," kata 'bule' tersebut.
Pulau tersebut terletak di Pesisir Selatan, Sumatera barat. Rencananya pulau tersebut dicanangkan menjadi saingan Raja Ampat di Papua.
Dalam video itu terlihat si bule mengusir pengunjung pulau tersebut.
Menurut warga Mandeh, Darpius yang ikut berlayar bersama rombongan tersebut, pengelola pulau itu warga negara Italia. Selain melarang mengambil gambar foto, seorang 'bule' lainnya juga melarang mengambil gambar video sebelum dia mengusir rombongan dari area itu.
"Saya tidak setuju, tidak. Pergi sekarang," ujar si bule. Seorang penduduk yang ikut serta mengatakan mungkin mereka tidak suka dengan tingkah warga kita yang suka melotot apabila melihat bule berjemur. Maklum, karena warga kita tidak terbiasa melihat "pemandangan" seperti itu.
Screenshot 2 turis bule wanita yang riang gembira ikut dalam pelayaran Joy Sailing 2014
Screenshot suasana di geladak kapal dalam pelayaran Joy Sailing 2014
Screenshot seorang wanita bule asyik bercengkerama dengan anaknya dengan latar belakang Darpius (berbaju oranye)
Screenshot bule wanita (menunduk di perahu) sedang berjemur tanpa atasan di Pulau Cubadak. "Pemandangan" seperti ini yang disebut membuat warga kita melotot melihatnya sehingga membuat para bule berang
Screenshot ketika sang bule (berbaju putih dan direkam gambarnya diam-diam) memarahi dan mengusir Darpius di "pulaunya"
Padahal mereka berlayar dikawal kapal TNI AL. Tak pelak, video ini menjadi hits dan banyak ditonton di internet. Sungguh ironis, dimanakah kedaulatan kita?
(Antara, Republika)
0 komentar:
Post a Comment