Dari artikel-artikel kesuksesan yang sering Hipwee bagikan, kamu akan menemukan banyak inspirasi dan motivasi yang memacu kamu untuk menjadi seorang entrepreneur. Tujuan artikel-artikel tersebut emang untuk menggugah kamu untuk keluar dari zona nyaman dan terjun ke dunia usaha sedari muda.

Namun sayangnya, gak semua orang cocok jadi pengusaha. Coba pikir-pikir lagi apa alasan kamu mau terjun ke dunia usaha. Jika alasan-alasan di bawah ini terngiang di benakmu mungkin pilihan untuk jadi pengusaha perlu kamu pikirkan ulanhg.

 

 

1. Alasanmu jadi wirausaha hanya untuk "lari" dari kewajiban kerja yang ada. Kamu sudah jenuh dengan rutinitasmu yang itu-itu saja

Kamu gak bisa lari dari ini

Mungkin gara-gara kamu gak suka sama atasan atau kamu gak mencintai pekerjaan kamu jadi ide untuk buka usaha terdengar seperti alunan musik merdu di telinga kamu. Dengan menjadi pengusaha gak ada lagi orang memerintah kamu serta me-review kerjaan setiap bulan. Akhirnya, kamu putuskan untuk menjadi pengusaha demi lari dari pekerjaan kantora.

Memulai usaha sendiri secara gak langsung emang melepaskan dirimu dari status pegawai, karena kini kamu bekerja untuk diri sendiri bukan orang lain. Tapi bukan berarti kamu akan berleha-leha lalu uang datang dengan sendirinya. Malah tugas dan kerjaan kamu justru jadi tambah berat ketika memulai usaha. Kewajiban kamu jadi tambah banyak dan kamu memikul tanggung jawab yang lebih berat daripada menjadi karyawan. Menjadi pengusaha semestinya bukan dijadikan pelarian melainkan dijadikan tujuan untuk dikejar. Karena kalau nggak, kamu cuma bikin masalah baru dan mencari pelarian baru karena sejak awal kamu cuma nyari pelarian saja.

 

 

2. Lupakan keinginan untuk jadi pengusaha jika hanya ingin bebas mengatur bisnis sesuai keinginanmu. Sebab pada kenyataannya bisnis tidak berjalan sesederhana itu

Kamu cuma bisa mengontrol diri

Jika kamu seorang tukang atur alias control freak maka kamu gak seharusnya jadi pengusaha. Kamu ingin bisnis kamu berjalan sedemikian rupa, toko disusun sesuai keinginan, dan proyek/produk harus berjalan sempurna, kalau gagal kamu rela mengulang lagi. Kamu selalu mengira kalau berbisnis itu memberi kamu kendali penuh atas semua orang dan semua hal, padahal nyatanya tidak.

Menjadi pengusaha malah membuat kamu gak berdaya dan gak punya kendali. Kamu bisa memasarkan produk namun kamu gak bisa mengendalikan penjualan, kamu gak bisa memaksa orang untuk jadi pelanggan/pengguna kamu. Ketika kamu berhasil menjual kamu gak bisa mengontrol mereka untuk datang kembali. Kamu gak bisa mengendalikan kemampuan pegawaimu untuk melaksanakan hal-hal gila. Skill yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis adalah skill manajemen bukan skill sok ngatur.

 

 

3. Hasrat jadi pengusaha berkobar karena kamu ingin mendapatkan nama besar. Jadi kaya, tenar, dan banyak dikenal jadi hal yang kamu harapkan

Kepopuleran datang dengan sendirinya

Akui saja, apakah kamu hanya terobsesi menjadi terkenal dan populer seperti Mark Zuckerberg? Kalau kamu menjadi pengusaha hanya karena ingin dikenal semua orang, sering nongol di talk show dan kalau perlu dibikinin filmnya, maka kamu harus berhenti bermimpi terlalu cepat. Menjadi selevel dengan pengusaha-pengusaha top seperti mereka membutuhkan kerja keras dan dedikasi selama bertahun-tahun.

Bukan itu saja, agar namamu terdengar di mana-mana kamu harus punya tim humas siap banting tulang buat kamu. Dan ketika kamu mulai menjual diri di media kamu bakal segera tahu bahwa media gak akan peduli kecuali kamu punya kisah inspiratif untuk diceritakan. Sebagai pengusaha yang baru belajar merangkak, ada baiknya kalau kamu fokus bekerja dan menghasilkan sesuatu terlebih dahulu sebelum mulai memikirkan populeritas.

 

 

4. Status pengusaha terdengar menggoda karena banyaknya waktu luang yang (kelihatannya) akan kamu punya. Tidak sesimpel itu kenyataannya, Bung-Nona……

Kamu gak punya waktu luang

Ide bekerja tanpa ikatan jam kantor dan gak harus hadir di kantor sekilas terdengar menyenangkan. Dengan begitu kamu bisa lebih banyak berada di rumah bersama keluarga (jika sudah punya) atau lebih sering main saat yang lain harus kerja. Tapi itu hanya iming-iming kenikmatan waktu luan yang semu karena ketika kamu memulai usaha 24 jam per hari terasa gak cukup untuk menjalankannya. Kamu gak bisa santai karena ketika kamu membuang-buang waktu berarti kamu membuang-buang uang.

 

 

5. Pikirkan ulang rencanamu jadi pengusaha jika cuma semangat yang kamu punya. Sedang rencana selarik pun tak ada

Semangat saja belum cukup

Katakanlah kamu jago memasak masakan Italia, jadi kamu memutuskan untuk membuka restoran Italia. Kamu punya passion-nya, kamu memiliki semangat buat capek-capek di dapur, tapi kamu gak punya ide sama sekali tentang bagaimana cara menjalankan usaha restoran, apalagi restoran bercita rasa Italia. Bahkan kamu gak tahu cara memasarkan restoranmu di tengah masyarakat yang belum mengenal menu-menu Italia.

Tentu saja kamu bisa belajar sambil berjalan, namun pasti ada cara lain untuk mentalurkan passion kamu tanpa harus membuatmu berhenti dari pekerjaan dan mengalami kerugian tiap hari. Dalam dunia usaha, kadang semangat aja belum cukup.

 

 

6. Gatalnya kamu terjun sebagai wirausaha karena tergiur mudahnya pengajuan modal usaha. Padahal tak ada pinjaman yang gratis — sederet syarat dan bunga yang cukup tinggi bisa membuat meringis

Minjam di bank itu sulit

Meski minim pengalaman dan belum punya rencana bisnis yang jelas kamu memberanikan diri mengajukan kredit ke bank. Karena kamu mengira mendapatkan pinjaman dari bank adalah perkara mudah. Meski perekonomian negara kita (terlihat) membaik tapi percayalah memperoleh ratusan juta buat modal dari bank gak semudah membalikkan telapak tangan. Mereka butuh keyakinan dari kamu, apa yang bisa dijadikan jaminan, berapa saldo yang kamu miliki dan pekerjaan apa yang kamu miliki.

Pekerjaan? Bukankah kamu udah memutuskan buat resign? Uups…

 

 

7. Memulai usaha bukan cuma soal pamer ide brilian saja. Mengawali usaha tanpa riset pasar dan mengkritisi rencana sendiri sama saja dengan bunuh diri

Ide harus digodok lagi

Yang kamu miliki cuma sebuah ide brilian (setidaknya brilian bagi dirimu). Kamu belum pernah memamerkan ide tersebut di depan orang lain, jadi ide tersebut belum pernah digodok dan dikritisi. Parahnya lagi kamu gak melakukan riset pasar sama sekali untuk melihat apakah ada calon pembeli yang mau membeli/menggunakan produk kamu. Tapi dengan pedenya kamu yakin aja ada yang mau beli. Naif sekali, kamu memulai bisnis tanpa mengetahui apakah ada orang yang mau membeli produk kamu.

 

Terjun ke dunia usaha itu bukan perkara mudah, kamu gak boleh anggap remeh sama sekali. Keputusan untuk berbisnis bisa menjadi perubahan terbesar dalam hidupmu, untuk jadi lebih baik maupun jadi lebih buruk.

Kamu harus punya modal, rencana, memahami pasar selain semangat dan ide. Dan selama menjalaninya kamu harus punya kesabaran dan ekspektasi yang masuk akal. Nah sekarang pertanyaanya: sudah cukup kuatkah alasanmu untuk masuk ke dunia bisnis yang keras?

Terinspirasi dari Forbes. Artikel asilinya bisa dilihat disini.

sumber