Handphone atau HP saat ini bukanlah kebutuhan tambahan saja, tetapi sudah menjadi kebutuhan utama. Rasanya kalau belum punya, belum afdhol kehidupanmu. Kamu akan sulit dihubungi dan ketinggalan banyak informasi. Belum lagi dengan kehadiran smartphone yang makin canggih. Kalau nggak mengikuti perkembangannya, bisa-bisa kamu jadi yang paling kudet alias kurang update di antara teman-temanmu lainnya.
Tapi di balik semua kecanggihan itu, pernah nggak sih kamu merasa rindu dengan masa-masa dulu saat kamu masih pakai HP yang jadul? HP yang bahkan layarnya saja masih kecil dan hitam putih. Kalau iya, mungkin artikel ini bisa mengobati kerinduanmu. Selamat membaca!
1. Bagi kebanyakan anak 90-an, punya HP pertama kali itu ketika duduk di bangku SD atau SMP
Di akhir tahun 90-an, handphone atau HP mulai dikenal di Indonesia. Saat itu, ukuran HP masih cukup besar dan memiliki antena. Harganya pun mahal banget, hanya orang-orang tertentu dan orangtuamu saja yang mungkin memilikinya.
Tapi akhirnya, di awal tahun 2000-an, mulai keluar banyak jenis HP dengan harga yang cukup terjangkau. Para orangtua pun berbaik hati membelikan anak-anaknya HP untuk berkomunikasi (baca: buat nelepon minta jemput). Mungkin kamu adalah salah satu anak yang beruntung, bisa punya HP di awal-awal kemunculannya. Padahal sih saat itu kamu masih SD atau SMP.
2. Ini nih HP-HP yang pertama kali kamu punya
Berhubung tipe HP saat itu belum terlalu banyak, pasti HP-HP inilah yang dulu kalian miliki:
Nokia 5110
Nokia 3310
Ericsson R310
Nokia 3315
Siemens A50
3. Teman yang punya HP mendadak jadi paling populer satu sekolahan
Teman A: "Eh si Prisil yang kelas 6 punya HP, lho!"
Teman B: "Oh, ya? Keren banget. Lihat, yuk!"
Teman A, C, dan kamu: *berbondong-bondok ke kelas Prisil* "Yuk.. yuk.. yuk!"
Di awal kemunculannya, HP memang masih menjadi barang mewah. Nggak semua orang bisa punya, apalagi kamu yang masih remaja dan anak-anak.
Makanya, nggak heran kalau ada teman di sekolah yang sudah punya HP bisa mendadak jadi terkenal. Tiba-tiba, dia jadi orang yang paling sering diajak ngobrol, main, dan makan bareng di kantin. Kelihatannya seperti mau ajak berteman, tapi kebanyakan sih cuma penasaran ingin lihat HP-nya saja. Hehehe.
4. Padahal layarnya masih monokrom, ringtone-nyamonophonic, harga kartu perdana juga mahalnya selangit
Bisa punya HP saat itu, membuat kita merasa jadi paling keren sedunia. Sebentar-sebentar telepon rumah atau orangtua; bosan sedikit langsung main game dan asal SMS nomor orang yang ada di kontak. Pokoknya, HP itu harus terus kelihatan sama orang lain, deh.
Padahal sih kalau diingat-ingat, nggak ada yang perlu dibanggain dari HP yang dulu kamu miliki itu. Layarnya masih monokrom atau hitam putih, ringtone-nya masih monophonic, dan harga kartu perdananya saja mahal sekali; bisa mencapai ratusan ribu. Beda banget ya sama sekarang? Dengan Rp 15.000 saja sudah bisa punya kartu perdana dengan nomor yang cantik dan bisa internetan.
5. Yang belum punya HP? Ikutan antre panjang untuk bisa mainin game di HP-nya
Kalau yang punya HP kerjaannya pamer, yang belum punya ngapain dong? Yap! Ikutan antre sama anak-anak lain supaya bisa main game-game yang ada di HP milik temanmu itu. Antrenya pun bukan yang memanjang seperti di loket, tetapi mengerubungi yang sedang main. Waktu per gilirannya nggak pasti. Tapi biasanya, kalau sudah game over harus segera gantian.
By the way, masih ingat mainannya apa saja? Kebanyakan sih mainnya Snakedan Space Impact.
6. Di HP zaman dulu, kita bisa buat ringtone sendiri, lho! Dari mulai do-re-mi-fa-sol-la-si-do, lagu Cicak-Cicak di Dinding, sampai lagu Ibu Kita Kartini
Pada HP lawas monophonic yang digunakan dulu, kita belum bisa menyimpan dan memutar lagu. Ringtone yang ada juga sedikit, masih standar sesuai bawaan HP. Tapi beruntunglah, di HP-HP lawas tersebut ada fitur di mana kita bisa membuat ringtonesendiri. Kita hanya perlu memasukkan kunci-kunci nada yang diinginkan, save, dan jadikan ringtone kalau ada telepon, deh!
Sol-mi-sol-mi mi-fa-sol
Fa-re-fa-la sol-fa-mi
La-fa-la-fa la-si-dô. Dô
Mi-sol-fa-re-do
— Nada lagu Cicak-Cicak di Dinding
Fitur ini membuat kita jadi cukup kreatif, lho! Lagu-lagu yang ada di buku Kerajinan Tangan dan Kesenian (Kertakes) nggak hanya kita baca saja, tetapi juga langsung dipraktikan untuk membuat bunyinya. Ada beberapa lagu yang jadi favorit, yaitu Cicak-Cicak di Dinding dan Ibu Kita Kartini.
7. Tapi setelah HP layar warna dan polyphonic muncul, kamu lebih pilih mengunduh wallpaper dan ringtoneyang ada di iklan majalah. Mumpung sudah ada jaringan GPRS di HP-mu
Hobi membuat ringtone sendiri itu perlahan punah karena HP-mu makin canggih. Layarnya sudah berwarna, ringtone sudah polyphonic, dan pastinya bisa MMS karena sudah memiliki jaringan GPRS.
Karena kecanggihan ini, banyak iklan yang menyediakan konten berupa puluhan wallpaper dan ringtone bertebaran di majalah. Kamu pun nggak mau kelewatan untuk mengunduh wallpaper dan ringtone itu supaya semakin banyak pilihan gambar dan lagu untuk digunakan. Padahal sih harganya cukup mahal. Per wallpaper harganya Rp 4.000 dan setiap 1 ringtone dihargai Rp 5.000.
8. Sesekali kamu juga bertukar gambar dan lagu lewat infrared dan bluetooth dengan teman-temanmu
Kamu: "Eh aku punya wallpaper baru, nih! Lucu banget, lho!"
Teman: "Oh ya? Mau dong. Pakai infrared, ya! Mana HP lo?"
Kamu: "Nih! Deketin lagi HP-nya. Awas kegeser, nanti nggak kekirim gambarnya"
Nggak hanya mengunduh dari iklan di majalah saja, gambar dan lagu baru pun bisa kamu miliki saat itu dengan saling bertukar bersama teman-temanmu. Masih ingat bertukarnya lewat apa? Yap! Bluetooh dan infrared. Lawas banget, ya? Dan mengirim gambar atau lagu lewat infrared ini cukup perjuangan, lho. Infrared HP-nya harus nempel. Kalau kegeser sedikit, bisa gagal ngirimnya.
9. Dulu, biaya telepon itu masih mahal. Alhasil, tren telepon ngejam pun jadi pilihanmu saat itu
Kalau sekarang banyak bonus pulsa dan bisa telepon gratis, zaman dulu hal ini mustahil adanya. Terlebih lagi, biaya telepon saat itu mahal banget. Ada yang mencapai Rp 900 per detiknya. Kebayang 'kan berapa banyak pulsamu yang habis kalau keseringan menelepon? 30 detik saja bisa habis Rp 27.000.
Sebagai solusinya, ada yang namanya telepon ngejam, yaitu setiap 2 detik telepon ditutup. Kenapa begitu? Karena kalau masih 2 detik, teleponmu belum akan dikenakan biaya alias gratis. Pantas saja telepon ngejam cukup jadi tren saat itu.
Kamu: "Halo, Yah?" *tutup telepon*
Ayah: "Ya, Kak?" *tutup telepon*
Kamu: "Jemput, Yah" *tutup telepon*
Ayah: "Oke, Kak" *tutup telepon*
10. Eh tapi, biaya SMS-nya nggak semahal itu, lho. Nggak heran deh kalau kamu keranjingan sama pesan singkat ini
Biaya telepon mahalnya memang selangit, tapi nggak dengan biaya SMS. Masih cukup terjangkau dan nggak jauh beda kok dengan biaya SMS saat ini, yaitu Rp 350 per SMS-nya. Dengan biaya yang murah dan bisa mengirimkan banyak pesan, nggak heran kalau SMS jadi media komunikasi favorit saat itu.
Kamu pun ikut keranjingan sama pesan singkat ini. Setiap ada pulsa lebih sedikit, kamu pasti langsung SMS teman-temanmu. Topiknya juga nggak penting-penting banget, paling-paling cuma update-an gosip yang sebenarnya bisa diobrolin besok saat di sekolah. Tapi karena SMS itu lagi hits banget, biayanya murah, dan sifatnya real-time, jadilah kamu pilih SMS-an setiap saat untuk ngobrol. Ya, semacam Whatsapp-an, BBM-an atau LINE-an sekarang ini. Hehehe.
11. Namun, pulsa tetap saja pulsa. Saat itu, pilihan nominalnya nggak sebanyak sekarang. Uang jajanmu terpaksa dikorbankan deh untuk mengisi pulsa yang kosong
Walaupun biaya SMS murah, tapi pulsa tetap saja pulsa; akan tetap habis kalau dipakai terus menerus. Apalagi melihat frekuensi SMS-anmu saat itu. Wah, pulsa 50 ribu pasti bisa habis dalam sekejap.
Sedihnya lagi, nominal pulsa yang tersedia zaman dulu itu belum bervariasi seperti sekarang. Paling murah saja yang 50 ribu. Terpaksa deh merelakan sebagian uang jajan demi mengisi pulsa yang kosong.
12. HP-HP zaman dulu memang nggak secanggih sekarang, tapi daya tahan baterai dan fisiknya nggak ada lawan
Kalau membandingkan kecanggihan, HP-HP jadul ya jelas nggak ada apa-apanya dibandingkan smartphone yang beredar saat ini. Jaringan internetnya masih mahal dan lambat, kapasitas memori terbatas, kameranya pun masih buram. Tapi ada 2 hal dari HP jadul yang nggak bisa ditandingi oleh smartphone saat ini, yaitu daya tahan baterai dan kekuatan fisiknya.
Daya tahan baterai HP jadul itu juara banget. Bisa sampai 3 hari, bahkan ada yang bisa tahan sampai 1 minggu. Nggak perlu deh tuh dulu kamu bawa-bawa chargeratau powerbank untuk menghindari baterai HP-mu habis. Selain itu, kekuatan fisiknya juga jagoan. HP jadul jatuh berkali-kali nggak akan error ataupun rusak. Palingan cuma lecet sedikit saja.
13. Fungsinya pun tepat, yaitu untuk mendekatkan yang jauh
Nggak hanya daya tahan dan kekuatan fisiknya saja yang juara, HP jadul juga masih memiliki fungsi yang digunakan dengan tepat. Saat itu, HP bukanlah kebutuhan utama. HP hanya berfungsi sebagai alat bantu komunikasi jarak jauh yang praktis karena bisa dibawa ke mana saja dan bisa digunakan kapan saja. Jadi, kita bisa dengan mudah menghubungi orang yang saat itu nggak berada di tempat yang sama. Dengan kata lain, dulu, HP berfungsi untuk mendekatkan yang jauh.
14. Nggak seperti HP zaman sekarang: menjauhkan yang dekat
Sayangnya, fungsi HP untuk menjauhkan yang dekat sudah mulai terkikis dengan kehadiran smartphone yang semakin canggih. Saat ini, hampir seluruh kebutuhan hiburan dan kehidupan sosialmu sudah ada semua di dalam smartphone. Mulai dari chatting dengan berbagai instan messenger, main games, mendengarkan musik, menonton video, hingga membaca buku dan mengatur keuangan. Lengkap, 'kan? Fitur-fitur itu memang memudahkanmu, tapi di sisi lain juga mengambil banyak hal dari hidupmu.
Perlahan kamu mulai terlarut dalam keseruan HP canggihmu itu. Dan tanpa sadar, kepalamu terus menunduk sehingga mengabaikan hal-hal penting juga menarik di sekitarmu. Hubungan keluarga dan pertemanan yang tadinya sedekat nadi, sekarang mulai memiliki jarak yang cukup berarti. Sampai-sampai, mungkin kamu sudah lupa kapan berbagi obrolan dan canda tawa terakhir kali.
15. Mengingat kenangan-kenangan itu, wajar rasanya kalau kamu kangen dan ingin kembali ke masa-masa masih memakai HP jadul seperti dulu. Tenang dan menyenangkan, sih!
Kalau mengingat kenangan-kenangan bersama HP jadul, rasanya kamu ingin kembali saja ke masa-masa itu. Masa di mana hidupmu tenang dan menyenangkan. Nggak ada tuh bete-bete sama pacar karena chat-mu cuma di-read saja; nggak ada juga rasa urgensi untuk selalu mengecek HP karena takut ada informasi mendadak.
Kehidupan sosialmu terasa normal. Ingin bermain? Ya pergi ke rumah teman untuk bermain bersama, bukannya kirim-kiriman item di game online. Kangen sama pacar? Ya langsung saja telepon dan ajak ketemuan, bukannya basa-basi di media sosial. HP benar-benar digunakan untuk keadaan darurat dan komunikasi jarak jauh, bukan untuk menyibukkan diri dari keadaan yang jenuh.
Bagimana kenangan-kenangannya? Sesuai nggak sama kenangan kamu dulu? Kalau ada kenangan lain yang seru dan nggak terlupakan, silakan tuliskan di kolom komentar, ya!
sumber
0 komentar:
Post a Comment