Aksi kemanusiaan tidak pernah mengenal sekat. Dan aksi yang dilakukan oleh seorang dokter asal Norwegia ini menunjukkan bahwa konflik antara Israel-Palestina bukanlah konflik agama.
Mads Gilbert (68 tahun), seorang dokter asal Norwegia dianggap pahlawan oleh warga Gaza, Palestina karena banyak berjasa membantu warga Palestina selama bertahun-tahun terutama saat serangan Israel memporak-porandakan Gaza pada musim panas 2014.
Pada saat Israel melakukan serangan ke Gaza pada musim panas 2014 lalu, Gilbert berada di Rumah Sakit Shifa di Gaza bersama dengan para petugas medis. Mereka berjuang menolong para korban konflik, setiap hari siang dan malam selama 7 pekan pengeboman Israel terhadap warga Palestina, dan hal itu bukan pertama kalinya dia lakukan. Gilbert adalah seorang dokter veteran dalam konflik-konflik di Gaza.
Dr. Gilbert mendeskripsikan pengalamannya menolong para korban di Rumah Sakit Shifa saat Israel melakukan pengeboman besar-besaran, "Itu adalah tempat yang memperlihatkan kehebatan manusia, penderitaan, dan kekuatan untuk bertahan, dan kemampuan yang tidak dapat dijelaskan untuk menguasai situasi yang hampir tidak mungkin diatasi. Mereka (petugas medis) bertahan dan tidak menolak seorang pasien pun, melakukan hal yang fenomenal, operasi-operasi yang rumit, dengan profesionalisme yang tinggi,"
Selain berprofesi sebagai dokter, Mads Gilbert adalah aktivies kemanusiaan, dan politisi di Norwegia. Kegiatan dan perjuangannya di Gaza membuatnya dipandang sebagai seorang pahlawan bagi para pendukung warga Palestina. Ia dikenal dengan sikap dan kritik kerasnya terhadap Israel dan dukungannya terhadap Palestina.
dr. Mads Gilbert (berbaju hijau dan berkacamata) kala merawat seorang korban pemboman Israel di Rumah Sakit Shifa di Gaza, Palestina
"Saya tidak netral. Kewajiban saya sebagai seorang dokter adalah berpihak kepada pasien saya – tidak peduli apakah itu adalah pasien tunggal, sebuah keluarga, sebuah desa, sebuah komunitas, atau sebuah negara. Di Gaza, jika kami hanya memberi mereka perban, maka kami menjadi bagian dari permasalahan. Jika Anda ingin menjadi netral, maka Anda menjadi bagian dari permasalahan. Kita semua terlibat, apakah kita diam saja atau kita ikut berjuang," kata Gilbert.
Meski menyatakan dukungan terhadap Palestina bukan berarti Gilbert membenarkan serangan dari Hamas dan kelompok militan Palestina yang menargetkan warga sipil. Dia mengatakan bahwa dirinya adalah pendukung warga Palestina bukan pendukung dua kelompok Palestina, Hamas atau Fatah. "Saya mengutuk semua serangan Palestina terhadap warga sipil. Jika seorang anak Israel terbunuh, itu sudah terlalu banyak. Tapi tidak juga berarti lebih dari 550 anak Palestina harus dibunuh," katanya.
Aktivitas sang dokter dalam menolong warga Gaza membuat Israel memberikan larangan seumur hidup bagi Gilbert untuk memasuki Israel dan Gaza sejak Oktober 2014. Larangan itu diberlakukan setelah sebuah surat terbuka yang ditandatangani Gilbert dan 24 orang dokter lain berpendapat bahwa Israel menggunakan alasan keadaan darurat nasional untuk membantai warga Palestina, terutama perempuan dan anak-anak diterbitkan di jurnal kesehatan The Lancet.
(Guardian)
Akan tetapi, setelah merawat pasien di Rumah Sakit Shifa dan gaza selama 30 tahun, Gilbert tetap berniat untuk kembali ke sana.
0 komentar:
Post a Comment