Nih thread bakal mengupas sosok Indra Sjafrie yang banyak berkorban untuk mencari dan menempa U-19. Ane cari dari berbagai sumber, pastinya ga repost!

Siap-siap berkaca-kaca ya Gan...

===============

Indra Sjafri, Berawal dari Prihatin

TEMPO.CO , Jakarta - Pelatih Indra Sjafri berhasil membawa Timnas U-19 menjuarai Piala AFF 2013 di Sidoarjo, Jawa Timur, dan masuk ke putaran final Piala Asia AFC di Myanmar pada Oktober 2014. Kepiawaiannya meracik tim terlihat saat para pemain Garuda Muda bermain sangat apik di setiap laga. Siapa menyangka, keberhasilan Indra menemukan para pemain dengan bakat unggul ini diawali dengan segala keprihatinannya.

Pada awal-awal sebagai pelatih, Indra blusukan ke berbagai daerah. Padahal, saat itu kontraknya di PSSI tidak jelas. Ini sebagai imbas kisruhnya kepengurusan PSSI pada 2011-2012. Selama setahun Indra bekerja tanpa menerima gaji. Saat blusukan mencari pemain, pria 50 tahun ini bahkan pernah kehabisan uang dan menahan lapar karena tak mampu membeli makan. Namun, dia bertahan dengan segala keterbatasan itu.

Bekas pemain PSP Padang ini menceritakan pengalamannya pada Tempo, Jumat, 18 Oktober 2013. Wawancara dilakukan saat pria 50 tahun ini transit dalam perjalanan dari Yogyakarta menuju Padang di sebuah restoran di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Dalam perbincangan sekitar tiga jam itu, wawancara kerap mengalami jeda karena Indra menerima 18 panggilan di dua telepon selulernya. Berikut petikannya:

Anda akhirnya dikontrak jangka panjang oleh PSSI, padahal sebelumnya kontrak pernah tidak jelas?

Kalau untuk kami, itu bukan hal penting. Mau diperpanjang kontrak, mau enggak pake kontrak, mau digaji, mau tidak digaji, silakan saja. Kan dari awal saya ngomong begitu. Ini kerja untuk negara. Mau dihargai oleh negara oke, mau enggak dihargai enggak apa-apa. Kalau itu enggak bisa ditawar. Tapi kan enggak mungkin enggak dihargai negara. Kemarin saja (Kamis, 17 Oktober 2013) ketemu Presiden. Itu bagi saya sudah luar biasa. Siapa yang bisa ketemu Presiden seenak begitu. Turun dari mobil posisinya Menkokesra, saya, baru Menpora. Itu lebih dari duit itu. Menteri-menteri lain saja enggak bisa ke situ. Dan kami yakin kalau kita berbuat maksimal ke negara, pastilah ada penghargaan.

PSSI pernah tidak menggaji Anda ?

Satu tahun saya enggak digaji, enggak ada kontrak. Kalau misalnya negara ini dianggap orang enggak punya duit, enggak apa-apa. Tetap berjalan. Dan kami sudah terbiasa tertempa seperti itu. Kami pernah enggak terurus juga kan di awal-awal pembentukan waktu PSSI gonjang-ganjing sekitar 2011-2012.

Kok mau bertahan dengan keadaan seperti itu?

Karena saya yakin saya bisa memberikan yang terbaik bagi negara ini. Saya yakin ini akan terjadi. Pertamanya kan keyakinan dulu. Kami ikhlas-ikhlas saja menjalaninya. Kan, di Al-Qur'an sudah dibilang kalau bersyukur, akan ditambah nikmat. Itu yang kami tunggu janji Tuhan itu. Ini kan bukan untuk kepentingan pribadi kami, tapi untuk kepentingan bangsa. Makanya kalau ada tawaran-tawaran melatih klub, ditawarkan kontrak Rp 1 miliar, saya bilang, saya mohon maaf, saya konsentrasi timnas dulu. Untuk sementara saya enggak butuh duit. Kami siap miskin, kok.

Apa latar belakang sehingga Anda begitu militan bahkan siap miskin demi negara?

Saya sudah kasihan dengan prestasi sepakbola kita. Saya bilang, yang bisa saya perbaiki akan saya lakukan. (Prestasi Timnas U-19) ini kan jadi momentum. Sekarang ada ide mau bikin kompetisi usia muda. Kalau itu terjadi, luar biasa. Itu perusahaan-perusahaan akan bantu usia muda. Kan, tambah bagus. Tanggal 24 Oktober saya diundang makan siang oleh Unilever, kan perusahaan besar tuh. Jangan dia asal mengundang saja, tapi kalau mau bikin akademi sepak bola yang bagus atau bantu sepak bola dimana gitu.

Kok Anda begitu yakin dengan kualitas Timnas U-19, bahkan menargetkan masuk putaran final Piala Dunia U-20?

Saya tahu persis kualitas anak-anak Indonesia kalau dicari. Kualitas itu ada standar-standarnya. Data-data kemampuan awal mereka itu bikin saya optimis.

Acuan standarnya apa?

Kalau kita mau bicara dunia, standarnya dunia. Kita lihat Brazil berapa sih VO2Max, skill mereka. Kalau dari skill kita kalah dari mereka karena menyangkut sistem kepelatihan kita. Tapi kan masih ada tiga: kemampuan taktikal, fisik, dan mental. Kalau yang tiga bagus, satu enggak bagus, tertutup nih yang enggak bagus. Carilah yang paling bagus. Tapi kalau direkrutnya enggak jelas, dengan opini, siapa yang banyak iklan itu yang main, atau pemain titipan, sampai ditsunami Indonesia ini enggak akan bisa-bisa.

Ada yang salah dengan timnas-timnas sehingga minim prestasi?

Saya enggak tahu, saya enggak bisa menilai, yang jelas ada yang salah. Apa salahnya saya enggak tahu.

=========

Melarang Anak Asuhnya Jadi Bintang Iklan, Dibilang Melanggar HAM

TEMPO.CO, Jakarta - Pelarangan pemain timnas U-19 menjadi bintang iklan dicibir sebagian orang. Dari penilaian sebagai bentuk pelanggaran HAM hingga pendeknya masa emas atlet jadi alasannya. Namun pelatih Indra Sjafri menanggapi santai cibiran itu.

"Hehehe..melanggar HAM. Keterlaluan banget dibilang melanggar HAM," kata Indra sambil terkekeh saat berbincang dengan Tempo, Jumat, 18 Oktober 2013, di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Saat itu bekas pemain PSP Padang ini tengah transit dalam perjalanan dari Yogyakarta menuju Padang.

Menurut Indra, mereka yang bilang pelarangan bermain iklan sebagai pelanggaran HAM atlet adalah orang ngawur. "Asal omong saja. Pelanggaran HAM bagaimana? Kami enggak merasa dirugikan, kok. Bahkan kami sudah bilang, kami siap miskin untuk negara. Memang ada yang dijajah sehingga dibilang pelanggaran HAM?" kata Indra.

Sebagian orang menilai pelarangan Evan Dimas cs untuk bermain iklan bisa menghambat peluang para pemain Garuda Muda untuk mendapatkan pemasukan finansial. Padahal popularitas Evan Dimas cs sedang meroket setelah tim ini menjuarai Piala AFF 2013 dan masuk putaran final Piala AFC 2014.

Mereka menilai keleluasaan seharusnya diberikan bagi pemain untuk menjadi bintang iklan. Apalagi masa emas sebagai atlet dinilai tidak panjang, sehingga bermain iklan dianggap bisa menjadi penyokong finansial saat para pemain pensiun kelak.

Selanjutnya: Bagaimana pandangan Indra Sjafri dengan hal ini?

Namun Indra menolak pandangan itu. Bagi dia, usia pemain yang masih belasan tahun masih panjang bagi seorang atlet. "Tidak pendek masa mereka. Mereka kan masih 16, 17, 18 tahun. Enggak akan kehilangan momentum. Yang takut kehilangan momentum itu iklan. Ini bagus nih momentumnya, ya kan?" kata bapak dua anak itu.

Menurut Indra, pelarangan bermain iklan bagi pemain timnas U-19 semata-mata ditujukan bagi kebaikan tim. Dia takut kebersamaan tim yang diasuhnya rusak akibat timbulnya kecemburuan sesama pemain. "Kan kebersamaan tim yang kami bangun selama ini. Kelebihan tim ini karena ada kebersamaan," kata Indra.

Soal kebersamaan ini dicontohkan Indra saat ada salah satu produsen merek sepatu olahraga terkenal yang ingin memberikan sepatu pada Muhamad Sahrul Kurniawan. Dalam salah satu wawancara di televisi, Sahrul bercerita pernah prihatin saat belajar sepak bola karena tidak punya sepatu.

"Nah, Adidas mau kasih sepatu ke Sahrul. Padahal enggak punya sepatu itu dulu. Saya bilang, kalau cuma mau kasih sepatu ke Sahrul, saya enggak mau. Kalau mau, kasih semua pemain," kata Indra. Mendengar hal itu, produsen sepatu itu pun memberikan sepatu untuk semua pemain.

===========

"Kalau Ada yang Punya Tato Kami Coret!"

TEMPO.CO, Jakarta - Ada yang khas dari setiap penampilan timnas U-19 ketika bertanding. Begitu menciptakan gol, para pemain akan melakukan selebrasi sujud syukur. Mereka menundukkan kepala dan meletakkan dahi menempel pada tanah sebagai tanda ungkapan syukur pada Tuhan.

Pelatih Indra Sjafrie menilai selebrasi sujud syukur adalah hal yang lumrah. "Tapi tanggapan orang kesannya jadi aneh, karena sudah lama enggak dilakukan. Dulu kan orang selalu sujud syukur. Paus Yohannes Paulus II begitu mendarat di negara orang sujud dia. Itu orang Kristen. Ini orang muslim kok enggak mau. Kan aneh," kata Indra saat berbincang dengan Tempo, Jumat, 18 Oktober 2013, di sebuah restoran di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta.

Indra menyatakan kebiasaan sujud syukur kini terasa hilang karena orang tak melakukannya saat mendapat nikmat. Namun, di timnas U-19, dia ingin membangkitkan kebiasaan itu. Dia ingin membangun kesadaran bahwa segala sesuatu harus dikembalikan kepada Tuhan, termasuk saat tim mampu menciptakan gol.

"Tuhan bilang kalau kamu bersyukur kamu tambah nikmat. Dan itu terjadi. Kalau dari teori olahraga, enggak ada tuh puncak prestasi olahraga dua kali dalam tiga bulan. AFF kita juara, AFC kita juara (grup) lagi. Gila enggak itu kalau bukan Tuhan yang atur. Kalau sama Tuhan kecil itu Korea Selatan. Siapa sih Korsel," ujar mantan pemain PSP Padang ini.

Bukan cuma dilakukan pemain, Indra sendiri kerap terlihat melakukan sujud syukur saat melihat tim asuhannya berhasil menciptakan gol. Sujud syukur ini umumnya dilakukan pemain-pemain muslim, misalnya Evan Dimas, Muhammad Hargianto, dan pemain lainnya. Namun bagi pemain beragama lain, ucapan syukur kepada Tuhan ini juga tetap dilakukan dengan cara khas sesuai agama mereka. Contohnya Yabes yang langsung mengucap syukur sambil mengatupkan kedua tangannya di dada.

Bersyukur kepada Tuhan ini betul-betul menjadi ciri khas selebrasi timnas U-19. Tidak akan pernah terlihat pemain melakukan selebrasi dengan membuka kaos atau menunjukkan tato. Sebab, Indra memastikan setiap pemainnya tidak boleh punya tato. "Kalau ada yang punya tato kami coret. Enggak boleh tato. Kami mau tampil dengan kepribadian bangsa kita sendiri, dengan budaya kita sendiri," kata pria 50 tahun ini.

============

Di Dunia Tidak Ada Timnas yang Jadi Bintang Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Prestasi kinclong timnas sepak bola U 19 membuat tim yang dijuluki Garuda Jaya kian populer. Berbagai tawaran menggiurkan, seperti membintangi iklan, pun menghampiri para punggawa Garuda Muda. Namun, pelatih Indra Sjafri melarang tim asuhannya tergiur dengan berbagai tawaran itu.

Menurut Indra, pelarangan Evan Dimas cs menjadi bintang iklan dilakukan untuk menjaga fokus tim pada sepak bola. "Yang penting dijaga itu kefokusan anak-anak pada sepak bola. Itu yang penting. Makanya ada aturan-aturan yang kami bikin. Untuk sementara kami abaikan tawaran-tawaran, ada yang mau kasih iklan, duit, tawaran klub," kata Indra pada Tempo, Jumat, 18 Oktober 2013, di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.

Indra menegaskan, Timnas U-19 akan berkonsentrasi dengan program selama setahun ke depan. Ini dilakukan sebagai persiapan putaran final Piala Asia AFC 2014 di Myanmar, Oktober tahun depan. Namun, jika tetap ada produk yang ingin beriklan, Indra mengatakan seharusnya iklan itu diterapkan pada satu tim, bukan hanya orang per orang. "Contoh, Evan Dimas iklan, yang lain gimana? Anak-anak umur segitu belum bisa membedakan, kok. Ada perbedaan begini penilaian masyarakat. Itu yang kami jaga. Kalau mau semua tim," kata bekas pemain PSP Padang ini.

Cuma, Indra melanjutkan, sebagai tim yang membawa nama negara, di mana pun di dunia ini tidak ada timnas menjadi pemain iklan. Lagi pula timnas adalah milik semua orang. "Kalau produk A iklan, nanti bagaimana produk B?" kata dia. Karena itu, dirinya meminta agar yang dilakukan adalah semua perusahaan men-support Timnas U 19. "Tanpa kami tampil mempromosikan produk. Ini kan tim nasional, bukan klub. Milik semua orang."

Bagi Indra, keberhasilan Timnas U 19 sebagai juara Piala AFF 2013 dan masuk putaran final Piala Asia AFC 2014 disebabkan kebersamaan tim yang dibangun selama ini. Dirinya tidak ingin kesuksesan yang diraih itu hancur akibat rusaknya kebersamaan di antara pemain Timnas U 19. Membiarkan satu-dua pemain menjadi bintang iklan, bagi Indra, hanya akan menimbulkan kecemburuan bagi pemain lain yang tidak menjadi bintang iklan.

*****************************
*****************************

Abis baca ini, terharu campur bangga ane sama Coach Indra. Terimakasih Coach! Anda membuktikan bahwa Indonesia bisa jadi macan Asia, selama semuanya fokus, tidak dicampuri politik, tidak memikirkan kepentingan sendiri dan mau berkorban.

Spoilerfor Bonus: Wawancara dengan Coach Indra:

Ternyata dulu Coach Indra sempat jadi Kepala Kantor Pos!